KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga mampu mencapai kompetensi yang di harapkan.
Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Medan, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengatar ............................................................................................ ii
Daftar isi..................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................................ 1
B.Rumuusan
Masalah.................................................................................. 1
C.Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Muntah
A.Definisi..................................................................................................... 3
B.Etiologi..................................................................................................... 3
C. Patofisiologi............................................................................................ 3
D. Tanda dan
Gejala.................................................................................... 4
E.
Komplikasi............................................................................................... 4
F. Sifat
Muntah............................................................................................ 5
G. Diagnosa................................................................................................. 5
H.
Pencegahan............................................................................................. 6
I.
Penatalaksanaan........................................................................................ 6
J. Asuhan
Bidan........................................................................................... 6
Konsep Dasar Gumoh ( Regurgitasi)
A. Definisi.................................................................................................... 8
B. Etiologi.................................................................................................... 8
C. Patofisiologi
........................................................................................... 9
D. Tanda dan
Gejala.................................................................................... 10
E.
Komplikasi............................................................................................... 10
F. Diagnosa.................................................................................................. 10
G.
Pencegahan............................................................................................. 11
H.Penatalaksanaan....................................................................................... 12
I.Asuhan
Bidan ...........................................................................................
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
............................................................................................. 13
B.Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan
perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Maka
dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi
baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi,
kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini
mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan
gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa
menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut
harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja
karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan
membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan
dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
masalah pada bayi.
B. Rumusan
Masalah
Ø Apa yang
dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?
Ø Apa penyebab
dari muntah dan gumoh pada bayi ?
Ø Apa tanda
dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?
Ø Bagaimana
cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?
C. Tujuan
Ø Untuk
mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.
Ø Untuk
mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
Ø Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
Ø Untuk
mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
Konsep Dasar
Muntah
A. Definisi
Muntah adalah keluarnya kembali
sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui
mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan
pada Anak Dengan Gangguan Sistem Integument, 2005). Muntah adalah keluarnya
kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan
agak lama masuk kedalam lambung (Depkes RI). Muntah pada bayi merupakan gejala
yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi berbagai gangguan.
B. Etiologi
Muntah bisa disebabkan karena adanya
faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu muntah
juga disebabkan oleh gangguan psikologis seperti keadaan tertekan atau cemas,
terutama pada anak yang lebih besar.
Ada beberapa gangguan yang dapat
diidentifikasi akibat muntah yaitu:
·
Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi
lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial
yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
·
Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor
infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
·
Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau
cemas terutama pada anak yang lebih besar.
C. Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks
simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot
perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda,
yaitu :
·
Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat
ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah.
·
Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak
nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari
otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
·
Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai
puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan
bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks.
Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi
dan mulut terbuka
D. Tanda dan
Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat
diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
·
Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir
yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena
iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah
kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
·
Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran,
dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan
cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
·
Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak
berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
·
Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
·
Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat.
Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
E. Komplikasi
·
Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.
·
Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan
ketosis.
·
Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa
menjadi renjantan (shock).
·
Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan
otot dinding perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi
mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca
operasi dan timbul pendarahan.
F. Sifat Muntah
·
Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi
esophagus.
·
Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan
lambung ke duodenum).
·
Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot
halus, umumnya timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya
tidak proyektil.
·
Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah
muara saluran empedu.
·
Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan
intrakranial tinggi atau obstruksi usus.
G. Diagnosa
·
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berdasarkan peningkatan pengeluaran cairan melalui muntah.
·
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berdasarkan penurunan intake akibat anoreksia.
·
Kerusakan pertukaran gas berdasarkan obstruksi jalan
nafas.
·
Gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan iritasi pada
saluran pencernaan(faring dan esofagus).
H. Pencegahan
·
Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula,
beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
·
Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu.
Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara
lainnya.
·
Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap
tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
·
Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah
jam setelah menyusu.
·
Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak
terlalu kecil atau terlalu besar.
I. Penatalaksanaan
·
Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti
disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas
yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
·
Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak
perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila
dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru
dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani
lebih lanjut
J. Asuhan
Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan
gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian
diperlukan tindakan sebagai berikut :
·
Kaji faktor dan sifat muntah.
·
Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
·
kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
·
Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan,
maka patut dicuriagai adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
·
Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai
adanya stenosis pylorus.
·
Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap,
maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intracranial.
·
Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat
makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran
cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
·
Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang
merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan
dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu
makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan
laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan
bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
·
Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan
anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang
menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak
dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang
mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat
diperlukan.
·
Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan
gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara
proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga
sangat diperlukan.
Konsep Dasar
Gumoh ( Regurgitasi)
A. Definisi
Regurgitasi adalah keluarnya kembali
sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat
setelah minum susu (Depkes 2007). Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu
yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan
dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).
Regurgitasi yang tidak berlebihan
merupakan keadaan normal terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak
sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka
regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal
apabila terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat. Juga kalau terjadinya
tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat tidur. Selain itu juga pada
gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat
perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang diistilahkan
dengan refluks esofagus.
Regurgitasi atau gumoh harus
dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan muntah, gumoh terjadi secara pasif.
Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau
minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika gumoh mungkin saja sedang
santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring atau bermain. Sedangkan
muntah terjadi secara aktif. Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi
medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab terjadinya
regurgitasi :
·
Anak/bayi yang sudah kenyang.
·
Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui
akibatnya udara masuk kedalam lambung.
·
Terburu-buru atau
tergesa-gesa dalam menghisap.
·
Kegagalan
mengeluarkan udara.
·
ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas
lambung. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya
bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.
·
Posisi Menyusui
1.
Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi
miring sementara si bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak
masuk ke saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
2.
Pemakaian bentuk dot
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
·
Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna
Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
·
Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang
kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna
·
Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.
C. Patofisiologi
Biasanya bayi mengalami
gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat
menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang
masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan
yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang
bisa menyebabkan bayi gumoh.
Pada keadaan gumoh,
biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh
bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui
mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup di
ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah.
Lambung yang penuh juga
bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai
ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh
tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi
umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
D. Tanda dan
Gejala
·
Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.
·
Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali
sehari.
·
Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
·
Bayi tidak menolak minum.
E. Komplikasi
·
Infeksi pada saluran pernafasan.
·
Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat
menyebabkan radang.
·
Nafas terhenti sesaat.
·
Bayi tersedak
dan batuk.
·
Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
·
Pucat pada
wajah bayi karena tidak bisa bernafas.
F. Diagnosa
Sebagian besar gumoh terjadi akibat
kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena
itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung
yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan
kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan
kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan
pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
Dengan menangani bayi secara
hati-hati dengan menghindari konflik emosional serta dalam menempatkan bayi
pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah dari badannya. Oleh
karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim ditemukan selama masa
4-6 bulan pertama.
G. Pencegahan
·
Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar
adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
·
Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif).
Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare,
obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan
menelan makanan.
·
Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2
jam sekali), jangan langsung banyak.
·
Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
·
Posisikan bayi
tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
·
Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
·
Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah
menyusu.
·
Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan
segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini
mungkin.
·
Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya.
Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh
permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
·
Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang
selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu
terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
·
Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan
kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan
sampai terdengar suara bersendawa.
·
Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk
punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
H. Penatalaksanaan
·
Bersikaplah tenang.
·
Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke
paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan
masuk ke paru-paru).
·
Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap
basah hingga bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang
kuman dan jamur.
·
Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan
cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan
menularkan virus.
·
Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI
lagi.
I. Asuhan
Bidan
·
Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus
mendapat perawatan yang baik.
·
Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan
posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
·
·
Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya,
posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak
lama, disertai kontraksi isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama
setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai
dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi
hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal
biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada
bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang
menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi
merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air
yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak.
Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah
banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi
berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan
kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada
umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang
berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.
B.Saran
1.
Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga
agar bayi tetap dalam posisi tegak
sekitar 30 menit setelah menyusu.
2.
Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan
meningkatkan tekanan pada perut.
3.
Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah
bayi menyusu.
4.
Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan
ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
5.
Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi
terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6.
Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan
ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika
terlalu besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda
gumoh.
7.
Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar,
karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8.
Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya
lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang
masuk bisa turun ke bawah.
9.
Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah. Segera
mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa
turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru.
Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai
tuntas jangan ditahan.
10. Biarkan saja
jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada
cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan
radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga
bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya
saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut
dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya
bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
11. Hindari bayi
tersedak. Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias
paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi
tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan
merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi
muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah
(saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau
ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
12. Observasi
sangat penting untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi
yang mengarah pada hal patologis. Tak perlu dikhawatirkan jika berat badan
bertambah (dalam rentang normal), bayi tampak senang dan tumbuh kembangnya
normal. Sebaliknya, perlu khawatir jika terjadi penurunan berat badan atau
tidak ada kenaikan berat badan, infeksi dada berulang, muntah disertai darah,
bayi dehidrasi dan gangguan pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas
pendek, karena sistem pencernaannya belum sempurna, muntah adalah hal yang
lumrah dialami bayi. Namun, ibu juga perlu waspada adanya faktor penyakit
pemicu muntah.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarti. 2010. Kelainan
dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta
Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta
0 Comments for "Konsep Dasar Muntah dan gumoh"